Kurasa juga, gendang ini semakin lemah di tabuh. Jari-jariku pun mulai menguat. Tak sangat sakitnya, kurasa, meskipun lama-lama ku mainkan. Meskipun tak indah semula. Selain aku merasa lelah menabuh, ada juga alasan lain. Kini ada sebab menyelinap supaya tak terlalu cepat menabuhnya. Dan ku turuti. Mungkin benar ada yang tertinggal bila tergesa. Atau sememanganya demikian baiknya serentet tabuhan. Larut sudah kini. Waktu semakin santun saja. Tak lama lagi fajar akan datang. Dan aku masih terjaga. Terkadang, gelisah aku menatapnya. ''mengapa kau datang, fajar?'' Sebab aku masih menikmati sajian malam. ''Bintang belum selesai bercerita. Mengapa kau datang cepat!'' Bahkan belum puas kuatatap rembulan. Terus kutabuh gendang tersayang. Meskipun masih tak beraturan. Tak kuhentikan. Aku penasaran dengan tarian. Ingin kunikmati liukan indahnya yang mesra. Tapi tabuhanku masih tak beraturan. ''maafkan aku! bila Tarianmu terganggu sudah.” Aku anya dapat menyesali. Woq…………………………56r t4………….gq2……………… …………..69icbvjgreiuw…………………………...optvr……………..euiwto59ww……………wwwww ww…………………..www………………w…………………………….wwwrewjvigrpeutri epwhgrei……… ..upwhgr………..eigjndklsvy8r5u………………… ………y………ireosgtrwy5h3ieyw 7qty43qp4ui3……………q7rfu8i3qt……….y43pyu5 oi4wtin;;; ;;;;;;;ore;sth4o;wbvt48………….9p abrd48y………..39q5p4i3oqt5………..9u4whybn5esitwp……….. ……………………………..”aku memaksakan. Maaf” Parigimulya 4 November 2009 |
20.8.10
Tarimu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar